Jumat, 12 November 2010

Bermimpi Secara Sistemik


Semua orang pasti punya cita-cita, sebuah mimpi yang sudah ada sejak kecil. Kalau kita men-flash back ingatan kita semasa kecil, biasanya kita selalu di tanya oleh guru TK atau SD kita," Kalau sudah besar mau jadi apa nanti?Kebanyakan akan menjawab lantang seperti"Dokter!!","Pilot!!","Pramugari!!" atau ada yang ingin jadi "Presiden!!".Lalu dari sekian banyak jawaban yang kita punya, baik guru TK atau SD kita selalu menjawab "Belajar lah yang rajin untuk menggapai cita-citamu".
Makna dari ilustrasi di atas dapat ditarik kesimpulannya bahwa sejak kecil kita telah di latih untuk berpikir secara sistemik, walaupun sangat sederhana. Bagaimana kita menentukan tujuan serta cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sistem adalah perangkat unsur yg secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas (KBBI, 2008). Lebih gampangnya dapat diartikan sebagai sebuah cara yang terorganisir untuk mencapai sebuah tujuan. Sehingga berpikir sistemik, maknanya adalah mencari dan melihat segala sesuatu memiliki pola keteraturan dan bekerja sebagai sebuah sistem.



Sebuah konsep sedeharhana dari sebuah sistem adalah input, system, dan output. Di mana kita memproses permasalahan (input) untuk memperoleh hasil atau penyelesaian (output) melalui sebuah system. Jika kita intregasikan dalam konteks berpikir sistemik, maka terbentu sebuah konsep sederhana yaitu:


  1. Objektif : Arahan untuk menentukan sebuah tujuan yang akan kita capai

  2. Komponen : Bagian - bagian yang mendukung untuk mencapai objektif. Dalam komponen sendiri dapat terbagi menjadi komponen essensial dan komponen aksesoris. Komponen esensial dapat diartikan sebagai bagian yang mendasar yang harus ada, sedangkan komponen aksesoris adalah bagian pelengkap yang jika tidak ada tidak akan mempengaruhi. Komponen juga dapat diartikan sebagai subsistem

  3. Sistem Kerja : Mengatur semua fungsi masing-masing komponen agar terintegrasi secara baik untuk mencapai objektif.

Sebagai contoh konkretnya seperti sistem desalinasi air laut. Dengan objektif yaitu menciptakan sumber air higienis yang tak terbatas yang berasal dari air laut. Konsep dasar sistem ini harus mencakup komponen atau subsistem esensial yaitu subsistem pengambilan air (intake pump), subsistem penyaringan (filtration), dan subsistem penyimpanan dan distribusi (storage and discharge). Komponen aksesoris dapat di misalkan sebagai subsistem keamanan (safety). Sistem kerja dari desalinasi air laut ini dapat digambarkan sebagai proses pengambilan air laut kemudian pemisahan dengan menggunakan membran baik secara dialisis, reverse osmosis, atau electrodialysis yang digunakan untuk mengurangi kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air selanjutnya dapat didistribusikan dan digunakan. (F.D.A.I.I)


Berbicara penerapan konsep berpikir sistemik di bidang kesehatan akan sedikit lebih kompleks. Sebab, aspek lingkungan (enviroment) dan waktu (timeliness) juga akan berpengaruh besar. Faktanya, konsep sederhana dari sebuah sistem yang statis harus beradaptasi menjadi konsep dinamis untuk menyesuaikannya. Dan kemampuan untuk merespon dinanisme tersebut tergantung pada kemampuan untuk memahami baik lingkungan eksternal dan internal. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem kesehatan merupakan sistem yang kompleksitas dinamis. Ada empat alasan utama yang mendasari sistem kesehatan disebut kompleksitas dinamis (UHBS , 2006) :

(1) Sistem kesehatan melibatkan banyak umpan balik (feedback loop) yang saling berinteraksi. Hal ini terjadi karena di setiap unsur dalam sistem kesehatan
yang berinteraksi akan saling berpengaruh satu sama lain. Sehingga tidak dapat digambarkan dalam bentuk konsep sedeharhana sebab akibat (cause-effect relationship).

(2)
Sistem kesehatan berorientasi dengan jangka waktu. Ini berarti bahwa sebab dan akibat dalam sistem ini tidak dekat dalam konteks ruang dan waktu. Misalnya, ada jangka waktu di mana seorang dokter dibutuhkan dan waktu di mana dokter ini sepenuhnya terlatih dan tersedia. Demikian pula, contoh lain misalnya ada jarak waktu antara munculnya gejala dan mencari perawatan medis dari pasien.


(3) Sistem Kesehatan mempunyai hubungan non-linear di antara elemen-elemen sistem.
Ini berarti bahwa respon dari suatu unsur dalam sistem untuk input (aksi) dapat benar-benar berbeda dari apa yang mungkin dimaksudkan atau diperkirakan karena respon akan tergantung pada kondisi sistem saat ini. Adanya hubungan non-linear ini mempersulit untuk secara akurat memprediksi perilaku sistem kesehatan dan pengambilan keputusan manajemen.

(4)
Sistem Kesehatan melibatkan unsur-unsur "keras" (hard) dan "lunak" (soft). Sistem kesehatan melibatkan unsur manusia yang kuat dan variabel "lunak" yang mewakili aspek-aspek perilaku manusia. Contoh dari variabel tersebut adalah motivasi dokter, produktivitas, kelelahan, kualitas praktek, kecemasan pasien, respon terhadap insentif, dan tanggapan dari manajer rumah sakit untuk tekanan yang berbeda.


Pada kesimpulannya, sebuah sistem harus mencakup prinsip : (1) Keterbukaan (openness); (2) Bertujuan (purposefulness); (3) Multidimensi (multidimensionality). Dalam perkembangannya, konsep berpikir sistemik kemudian dapat dikombinasikan dengan berpikir serba-sistem (systems thinking).
Systems thinking sedikit berbeda systemic thinking. Berpikir sistemik lebih menekankan pada pencarian pola-hubungan (pattern), maka berpikir serba-sistem lebih menekankan pada pemahaman bagaimana (how) elemen-elemen itu berhubungan. Dengan pemahaman how tersebut, maka kita dapat menemukan elemen mana yang memiliki pengaruh vital dan solusi yang komprehensif, sehingga tidak menimbulkan masalah baru.


Cara berpikir serba-sistem juga akan membentuk sikap yang sistemik dalam merespon permasalahan (systemic attitude), yakni su
atu pola perilaku yang tidak menabrak aturan main (rule of game) yang sudah disepakati dalam satu sistem tertentu. Sebuah aturan yang ditetapkan dalam sistem memang bersifat membatasi ruang gerak (self constraining), namun pada saat yang sama memampukan (self enabling) setiap elemen untuk bekerja sesuai fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Jika tak ada batasan fungsi yang jelas, maka setiap elemen itu akan saling bertabrakan dan malah berpotensi menghancurkan sistem secara keseluruhan. Di sinilah pentingnya, berpikir dan bertindak serba-sistem demi menjaga kesinambungan sistem sendiri. Pengubahan aturan main dimungkinkan dan dapat diperjuangkan melalui cara-cara legal-rasional, sehingga sistem itu tumbuh semakin sehat dan matang.


Referensi
  • Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php.
  • Sea Water Desalination Project. http://www.f-suiki.or.jp/english/seawater/aims.php.
  • Gharajedaghi, J. 2008. System Thinking : managing chaos and complexity.
  • Lebcir, M. R. 2006. Health Care Management: The contribution of systems thinking.
  • Laboratory Manual Book Block 4.2.2010. Health System And Disaster Management.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar